CAKAP MENULIS ARTIKEL MENJADI BUKU

CAKAP MENULIS ARTIKEL MENJADI BUKU

Oleh : Maryuni Puji R, S.Pd.SD



Cakap Menulis; Dari Artikel ke Buku

Dari hari ke hari materi kuliah online bersama Om Jay semakin menarik. Terus terang bagi penulis ada kerinduan tersendiri. Malam hari ini bagi penulis merupakan pertemuan ke-20. Nara sumber kali ini disampaikan oleh Bapak M. Anwar Djaelani yang aktif menulis artikel sejak 1996 dan telah menghasilkan enam buku.


Profil Narasumber

Bernama M. Anwar Djaelani, lahir di Pamekasan, 23 April 1962. Ayah tiga anak ini lulusan S-2 Ilmu-ilmu Sosial Universitas Airlangga (2003). Sejak SMA aktif di organisasi sosial-keagamaan. Pernah belajar di Pelajar Islam Indonesia –PII 91978-1980) dan Lembaga Dakwah Kampus Unair (1984-1987). Sekarang pengurus KB-PH Jatim (2015-2020), DDI Jatim 2018-2023), MIUMI Jatim (2015-2020), serta Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (InPas). Dengan nomor HP 082-330-15-8080, e-mail anwar.djaelani@gmail.com

Menulis Artikel

Menulis artikel adalah sebuah keterampilan. Kita akan trampil jika rajin berlatih. Sikap giat berlatih akan muncul hanya jika ada motivasi yang kuat. Bagi umat Islam, misalnya, motivasi bisa muncul dari keinginan untuk mengamalkan QS Al-Alaq 1-5. Di situ, ada petunjuk agar kita aktif membaca sekaligus ada pula rangsangan untuk gemar menulis.

Semangat bisa semakin tinggi jika melihat fakta menarik di sekitar kita. Bahwa, aktif menulis artikel bisa bermuara kepada lahirnya buku demi buku. Bahwa, terampil menulis artikel dapat bermuara untuk juga cakap menulis buku. Memang yang diperlukan adalah pembiasa.

Banyak membaca adalah modal utama penulis. Dengan sering membaca seseorang akan :

  1.   Mendapatkan pengetahuan / wawasan baru.
  2. Terbit ide untuk menulis sesuatu sebagai pengembangan dari apa yang sudah dibacanya.
  3.   Kaya dengan perbendaharaan kata.


Untuk mendpatkan itu semua perlu semangat yang tinggi yang harus selalu dipupuk oleh calon penulis dan penulis. Sungguh, tulisan itu sangat besar pengaruhnya. Lihat ungkapan salah seorang pendiri Pesantren Gontor KH Imam Zarkasy (1910-1985) berikut ini. Bahwa, andai tak punya murid, “Saya akan mengajar dunia dengan pena”. 

Bapak Anwar mengajak kita untuk maju dengan menulis. Menulis apapun. Namun beliau mengajak kita untuk menulis artikel. Tema untuk dikembangkan menjadi artikel cukup mudah kita dapatkan karena banyak tersedia di sekeliling kita. Tema bisa berasal dari isi koran, majalah, televisi, dan internet.

Tentang “Niat dan Pembiasaan”

Kita perlu membiasakan diri untuk terus menulis dan itu harus didasari pada sebuah niat yang benar. Tatalah niat kita lebih dahulu. Apa motivasi kita menulis? Apakah untuk mendapatkan penghasilan/jenang, apakah untuk kenaikan pangkat( karier)/jeneng, atau untuk mendapatkan kebahagiaan/seneng.

Agar Bisa Dimuat di Media

Agar tulisan kita bisa dimuat di media ada beberapa hal yang harus diperhatikan 

  1. Tema tulisan harus aktual dan menarik perhatian publik. Orisinil gagasan.
  2. Kekuatan argumentasi.
  3. Kecermatan berbahasa.

Tema Tulisan

Tema akan datang mengalir deras, terutama jika kita sudah membiasakan diri untuk menulis. Nyaris di setiap kita membaca, melihat, atau mendengar sesuatu yang “tak biasa”, biasanya lalu terbit ide untuk mengartikelkannya.

Langkah Menulis

Setelah tema tulisan kita tetapkan, buatlah outline (kerangka karangan). Langkah ini diperlukan sebelum kita menulis secara lengkap. Outline kita buat untuk memudahkan pengembangan penulisan. Pada dasarnya, alur menulis itu terangkai dalam “Tiga Besar” yaitu pendahuluan, pembahasan, dan penutup.

Di pendahuluan kita sampaikan secara ringkas masalah apa yang akan kita bicarakan. Lalu, di pembahasan, kita urai dan analisis masalah yang kita paparkan di bagian pendahuluan. Kemudian, di penutup, berilah kesimpulan dan saran berdasarkan uraian dan analisis sebelumnya.

Contoh Outline

Tetap Berseri-seri Belajar di Masa Pandemi

·         Pandemi Covid-19, ujian bagi semua (1 paragraf)

·         Manusia selalu diuji dengan bentuk beragam (2 paragraf)

·         Sekilas Covid-19 (1 paragraf)

·         Dampak negatif Covid-19 secara umum (2 paragraf)

·         Dampak negatif Covid-19 di dunia pendidikan (3 paragraf)

·         Sudut pandang agama, bersama kesulitan ada kemudahan (2 paragraf)

·         Berbagai pilihan cara belajar di saat pandemi (4 paragraf)

·         Penutup / kesimpulan; Tetap optimis di situasi apapun (1 paragraf) 

Dari demikian jumlah paragraf yang kita buat ada 16 paragraf.

Perihal “Judul Pemanggil”

Judul yang baik, antara lain: a).Mampu mencuri perhatian pembaca. b).Mencerminkan tema / arah tulisan, sehingga bisa menjadi semacam miniatur isi keseluruhan tulisan. c).Ringkas dan padat. Selain tiga hal tersebut ada hal lain yang kalah pentingnya dalam menentuka judul yakni judul usahakan terdiri dari empat kata tidak termasuk kata depan/kata sambung ( di, ke, dari, yang). Serta, judul yang baik mengandung rima. Sebagai sarana berlatih, seringlah memerhatikan judul-judul artikel di berbagai media.

Contoh Judul:

1.      Urgensi Meneliti dan Menulis (Jawa Pos)

2.      Menunggu Realisasi Program Buku Murah (Jawa Pos, 31/07/2008)

3.      Hukuman Guru dan Mimpi Buruk Murid (Radar Surabaya)

Contoh Judul:

1.      Rindu Pemimpin Menulis Buku (Jawa Pos 17/05/2017)

2.      Menjaga Martabat Penerima Zakat (Jawa Pos.

Pertama, tentang “Lead Penggoda”.

Lead adalah pendahuluan berbentuk paparan ringkas dari masalah yang akan kita kupas. Posisi lead menempati paragraf pertama. Fungsi lead adalah penggugah rasa ingin tahu pembaca. Lead mengantar pembaca ke gagasan utama sang penulis.

Kedua, perihal “Pembahasan nan Menawan”.

Di bagian ini, isinya berupa analisis atas masalah yang kita angkat. Pembahasan harus sistimatis, argumentatif, tuntas, dan ditulis dengan bahasa baku namun tetap dengan sentuhan popular. Untuk bisa menulis pembahasan yang lengkap sangat dianjurkan, perbanyak membaca artikel karya orang lain.

Ketiga, tentang “Penutup yang Menggugah”.

Bagian ini memuat kesimpulan dan/atau saran atas masalah yang kita kupas. Disajikan sekaligus dengan gaya pamit.

Belajar Tiga Gaya Lead dan Penutup

Menurut narasumber ada tiga gaya dalam membuat lead, yakni :

1.      Lead (Gaya pertama, menggoda dengan pertanyaan)

2.      Lead (Gaya kedua, dengan kutipan pemikat)

3.      Lead (Gaya ketiga, narasi diskriptif)

Agar lebih jelas mari kita simak contoh judul, lead beserta penutup.

Judul: Guru Rajin Menulis dan Efek Besar Itu

Lead (Gaya pertama, menggoda dengan pertanyaan):

Semua orang, tanpa kecuali, harus menjadi pembelajar di sepanjang usianya. Maka, sungguh menyenangkan jika guru suka menulis. Amat membanggakan andai guru rajin menulis. Apa hubungan seorang pembelajar dengan posisi guru yang gemar menulis?

Penutup:

Sungguh, jadilah pembelajar tiada henti dengan cara menjadi guru yang penulis. Sungguh, duhai para guru, bersemangatlah untuk menjadi pahlawan yang berjasa karena banyak menghasilkan karya tulis. Karya-karya itu, semoga secara meyakinkan menginspirasi murid, orangtua murid, dan masyarakat luas. Indah!

Judul: Rindu Pemimpin Menulis Buku

Lead (Gaya pertama, menggoda dengan pertanyaan):

Di Indonesia, Hari Buku Nasional diperingati setiap 17 Mei, sedangkan Hari Buku Sedunia dirayakan setiap 23 April. Inti dua momen itu sama, yaitu mengajak kita lebih mencintai buku sebagai sumber ilmu pengetahuan. Urgensi seruan itu, meski bersifat umum, lebih terasa jika ditujukan kepada para pemimpin. Bahkan, seyogianya para pemimpin itu didorong pula aktif menulis buku. Mengapa?

Penutup:

Alhasil, kepada para pemimpin, mari tundukkan kepala: Apakah sikap rajin membaca (atas semua persoalan masyarakat) sudah menjadi komitmen keseharian Anda? Sudahkah semua yang Anda baca itu lalu bisa melahirkan tulisan berupa konsep dan kebijakan yang selalu berpihak kepada rakyat kecil? …

Judul: Ilmu Pengetahuan Bisa Topang Keimanan

Lead (Gaya kedua, dengan kutipan pemikat)

“If you think strongly enough,

you will be forced by science to the belief in God”

(Kelvin, fisikawan, 1824-1907).

Penutup:

Singkat kata, ilmu pengetahuan bisa mendatangkan keimanan bagi yang masih belum punya iman. Ilmu pengetahuan bisa menguatkan keimanan bagi yang sudah memiliki iman. Terkait ini, lihat Kelvin di paragraf pembuka tulisan ini. Benar, saat dia berkesimpulan tentang pengaruh kuat ilmu pengetahuan terhadap kepercayaan akan adanya Tuhan. Jadi, jangan pernah berhenti untuk mendalami ilmu.

Judul: Menguatkan Mental Anak di “Musim” Olok-olok

Lead (Gaya ketiga, narasi diskriptif):

Sesungguhnya, olok-olok tak mengenal musim. Perilaku terlarang itu telah berlangsung lama dan terus terjadi. Padahal, kerugian yang ditimbulkan oleh olok-olok-dan apalagi bully- sangat besar.

 

Penutup:

Singkat kata, selalu berilah anak-anak asupan ruhani yang memadai. Ajari anak-anak sikap untuk tak suka mengganggu orang lain. Didik mereka untuk sabar dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Tentu saja, sebagai orangtua, kita harus telah terlebih dahulu mengamalkan hal-hal tersebut.

Perihal “Panjang Artikel”.

Secara umum, media membutuhkan artikel sepanjang 6000 karakter. Hanya saja, di masing-masing kadang ada yang kurang atau ada yang lebih dari itu. Usahakanlah, jika mungkin, sesuai dengan ketentuan dari masing-masing media.

Dari Artikel ke Buku

Selepas terampil menulis artikel, pekerjaan menulis buku bisa menjadi lebih gampang. Mereka yang sudah terbiasa menulis artikel akan lebih cekatan dalam menghasilkan buku. Hal pertama, saat harus merancang dan menulis buku adalah tetapkanlah tema yang akan diangkat, buatlah daftar isi, mulailah menulis. Kedua, kala menghimpun artikel menjadi buku. Tulislah sebanyak mungkin artikel dengan tema sejenis. Misalnya, bertema pendidikan. Setelah, dirasa cukup untuk dijadikan buku, lakukan langkah: a).Edit ulang. Sering artikel menggunakan “bahasa Koran”, seperti “kemarin”, “pekan lalu”. Untuk itu, ubah dengan mencamtumkan tanggal kejadian yang dimaksud. b).Jika diperlukan, buatlah rubrikasi. Meski semua berada di rumpun pendidikan, mungkin masih bisa dikelompokkan lagi dalam bidang yang lebih khusus. Misal, ada rubrik “Spirit Pembelajar di Semua Musim”, “Menjadi Orangtua Sekaligus Guru”, “Betah di Perpustakaan Keluarga”, “Merancang Liburan Bernuansa Pembelajaran” dan “Belajar di Masa Pandemi”.

Menulis Resensi Buku    

Resensi buku adalah ulasan kritis atas sebuah buku. Di dalamnya minimal berisi identitas buku yang dimaksud, ringkasan isi buku (dipilih bagian-bagian yang paling penting), dan penilaian objektif atas buku itu terkait kelebihan dan kekurangannya. Panduan lengkap dalam menulis Resensi Buku. “Jawablah” sejumlah pertanyaan berikut ini. Tentu saja, jawaban ditulis dalam “gaya artikel”. 

o   Tulislah identitas buku

o   Apa isi ringkas buku?

o   Apakah penulis memiliki kompetensi?

o   Apakah buku itu didukung referensi memadai?

o   Buku itu lebih ditujukan ke segmen pembaca mana?

o   Adakah pengetahuan baru yang disodorkannya, atau sekadar repetisi (pengulangan) dari buku-buku yang sudah ada?

o   Apa kelebihan dan kekurangannya. Misalnya, apakah mudah dipahami oleh semua kalangan? Bagaimana performa fisik buku, menarik?

o   Tepatkah momentum kehadirannya?

o   Berhargakah untuk segera kita baca dan atau miliki?

Ada banyak keuntungan jika kita rajin menulis Resensi Buku. Di antaranya, di saat kita akan menulis buku akan lebih terbimbing karena sering mengkritik karya orang lain. Tentu saja, saat kita menulis buku, tak akan mengulang kesalahan-kesalahan yang telah dibuat oleh penulis-penulis lain.

Super sekali paparan yang disampaikan Pak Anwar. Dijamin dengan banyak berlatih dan memakai panduan yang diajarkan Pak Anwar, In Sya Allah akan tembus media. Aamiin.


Komentar

  1. Semangat untuk menghasilkan karya bun...
    Mantap resumenya

    BalasHapus
  2. Mantap..semangat terus menulis.menulis dan menulis...ayo.....

    BalasHapus
  3. semangat dalam berkarya bun. resumnya sungguh luar biasa.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

WA SARANA BELAJAR SISWA