WA SARANA BELAJAR SISWA
WA SARANA BELAJAR SISWA
MARYUNI
PUJI RAHAYU, S. Pd.SD
Senin,
17 Agustus 2020, Indonesia tepat berusia 75 tahun. Waktu yang tepat untuk siswa
dan pendidik untuk merdeka dalam belajar dan mengajar.
Waktu
yang pas juga untuk kita mengenang dan mendoakan jasa para pahlawan yang telah
begitu gigihnya berjuamg demi kemerdekaan bangsa kita ini. Tak terkecuali
pahlawan pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Beliau
sangat menginspirasi, khususnya pada dunia pendidikan. Beliaulah yang
mengobarkan semangat belajar bagi kita semua dengan berbagai ungkapannya. Ing
Ngaro Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri handayani. Ada lagi,
setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah. Dan masih banyak lagi
ungkapan beliau.
Dengan
adanya pandemi Covid-19, Mas Menteri Nadim Makarim sangat gencar menggaungkan
merdeka belajar. Pembelajaran dilakukan dengan jarak jauh atau dengan nama lain
PJJ. Yakni belajar dengan model daring (dalam jaringan), jaringan internet.
Pembelajaran dengan tidak tatap muka. Belajar tidak harus di dalam ruangan
kelas. Belajar boleh di mana dan kapan saja. Dan dengan apa dan siapa saja.
Pernyataan
Mas Menteri Nadim Makarim untuk merdeka belajar, sejalan dengan pernyataan Ki Hajar Dewantara, yakni setiap orang
menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah. Artinya pendidikan tak berhenti di
bangunan sekolah, tapi juga di rumah, di jalan, dan di mana saja. Inilah tri
pusat pendidikan.
Pusat
pendidikan yang pertama di rumah. Dimana orang tua menjadi guru yang pertama
dan utama. Dengan
adanya pandemi Covid-19 ini seakan mengingatkan kita sebagai orang tua yang
seakan lupa bahwa sebenarnya tugas utama kita mendidik anak-anak.
Pusat
pendidikan yang kedua di sekolah. Siswa dan guru bertatap muka dalam
pelaksanaan pembelajaran. Guru sebagai orang tua yang kedua setelah orang tua.
Bahkan tak jarang orang tua menyerahkan pendidikannya pada guru saja. Setelah
anak di sekolah, bisa atau tidak, jelas atau tidak tentang pelajaran, aklak terserah
guru. Ini terjadi bisa karena kesibukan orang tua, bisa juga karena kurangnya
pengetahuan para orang tua. Sedangkan pendidikan yang ketiga yakni di
masyarakat.
Di
masa new normal ini dan peningkatan jumlah penderia Covid-19 yang masih
meningkat , dunia pendidikan masih terus menerapkan PJJ. Maka sebagai pendidik
dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran. Kemajuan
teknologi banyak dimanfaatkan para pendidik. Mulai dengan penggunaan Hand Phone
(HP) yang dimanfaatkan untuk pembelajaran. Ada yang memanfaatkan aplikasi WA,
blog, Google meet, Zoom, dan lain-lain.
Sebelum
menentukan jenis aplikasi yang digunakan, penulis mendata siapa saja yang
memiliki HP sendiri. Siapa yang punya HP hanya orang tuanya. Siapa yang
memiliki HP yang juga digunakan saudaranya untuk online.
Ternyata
sebagian besar, belum memiliki HP sendiri. HP untuk komunikasi semua anggota
keluarganya. Ada yang HPnya dibawa orang tuanya ke tempat kerjanya. Ada yang di
waktu pagi digunakan oleh saudaranya yang lebih tinggi jenjang pendidikannya
untuk online.
Dengan
keadaan yang demikian, maka menggunakan aplikasi Whatsapp (WA) sangatlah tepat.
Karena alpikasi ini sudah umum. Siapapun yang mempunyai HP android pasti
menggunakan WA untuk sebagai media sosialnya. Maka penulis membuat Whats App
Grup (WAG). Yang anggotanya pasti orang tua siswa.
Langkah
berikutnya membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selanjutnya
menyampaikan materi. Dalam penyampaian materi, bisa dengan ditulis, voice note,
dan vidio. Sebelum pemberian tugas/penilaian, pendidik memberikan waktu bagi
siswa/orang tua untuk bertanya tentang materi yang disampaikan.
Dalam
pengiriman jawaban dilakukan lewat jaringan pribadi penulis. Dengan tujuan agar
tidak dibaca oleh siswa lain. Supaya dalam pengiriman tugas tidak melantur, penulis
memberikan batasan waktu. Paling lambat pukul 21.00 WIB. Siangnya para siswa
diberi fetbek dari tugas yang telah dikerjakan.
Banyak
kelebihan dan kekurangan dari model WAG ini. Kelebihan dari model WAG ini,
siswa dapat belajar dengan siapa saja dan kapan saja. Namun siswa memiliki
tanggung jawab, yakni berupa pengiriman tugas. Ada kedekatan antara orang tua
dan siswa. Pembelajaran tidak monoton karena ada vidio pembelajaran yang dapat
ditonton.
Tidak
ada sesuatau yang sempurna. Medel WAG ini pun ada kelemahannya. Guru agak ribet
saat menuliskan materi, karana belum semua siswa memiliki HP sendiri maka tugas
tidak bisa langsung dikirim ke guru, sehingga guru tidak cepat memberi umpan
balik.
Inilah
sekelumit kisah dibalik Covid-19 dalam pembelajaran yang penulis lakukan.
Semoga dapat memberikan warna dalam dunia pendidikan.
Dirgahayu
Indobesia...Merdeka!
https://maryunipujipr73.blogspot.com/2020/08/wa-sarana-belajar-siswa.html peserta lomba blog nomor 129
BalasHapusTERIMA KASIH OM JAY
HapusWAG memang yang palin praktis digunakan saat ini... Memang kelemahan kita WA kita bisa eror karena tugas siswa yg banyak... Semangat bu.. Sangat bermanfaat.
BalasHapusIya Bu Fitran..
HapusMksh..
Betul bu maryuni...permasalahan nya hampir sama... Semua pake hp orangtua nya...
BalasHapusTetap semangat....
Hehehe....semangat...belajar nulis Bu...cari pengalaman...😊
HapusHehehe....semangat...belajar nulis Bu...cari pengalaman...😊
HapusKeren dpt ilmu di blog ini
BalasHapusTerima kasih, ...
HapusMantul bun...
BalasHapusLuar biasa....Mhn kunjungannya jg n follow hasanuddin.mapel.xyz
BalasHapusTerima kasih...
HapusKereeenn
BalasHapusTerima kasih, Pak...sebagai belajarku..🙏
HapusTerima kasih, Pak...sebagai belajarku..🙏
HapusMantap.
BalasHapusUntuk mengingatkan diri sendiri utamanya..🙏🙏
HapusUntuk mengingatkan diri sendiri utamanya..🙏🙏
HapusMantap artikelnya 😊
BalasHapus