GAMBARAN DUNIA PENERBITAN BUKU
Oleh:
Maryuni Puji Rahayu
Menulis
adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatau catatan atau informasi pada
media dengan menggunakan aksara. Namun setiap orang mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda. Bisa berupa buku harian ada juga yang sampai diterbitkan oleh
percetakan. Tulisan yang dibukukan hingga diterbitkan oleh penerbit membutuhkan
proses yang tidak mudah. Lagi-lagi tidak semua orang mampu melampaui proses
penerbitan buku. Hanya orang-orang yang tangguh saja yang mampu melewatinya
hingga menghasilkan buku.
Kuliah
online bersama Om Jay kali ini mendatangkan narasumber dari peberbit Andi.
Beliau bernama Bapak Edy S Mulyanta. Kita akan disuguhkan tentang seluk-beluk
dunia penerbitan buku. Terutama di era Covid-19 ini.
Seluk-beluk Penerbitan Buku
Adanya
Covid-19 benar-benar mengganngu aktivitas disemua bidang. Tak terkecuali pada dunia penerbitan.
Penerbitan mengahadapi sesuatu permasalahan yang hampir sama dengan bapak ibu
sekalian, akibat dari pandemi yang belum ada kepastian kapan berakhirnya.
Dunia
penerbitan adalah dunia bisnis semata, yang tentunya diikuti dengan idealisme
di dalamnya. Dalam dunia bisnis, nomor satu yang dicari adalah keuntungan atau
dapat dikatakan berujung pada Duit atau UUD (ujung-ujung nya Duit) dalam hal
ini penjualan buku untuk bisnis penerbitan. Outlet utama bisnis penerbitan buku
adalah toko buku, yang menjadi soko guru dari bisnis ini, sehingga
ketergantungan ini sudah menjadi suatu ekosistem yang khas.
Pandemi
ini betul-betul meluluh lantakkan semua bisnis, walaupun tidak semuanya
terdampak, akan tetapi dunia penerbitan menjadi salah satu terdampak yang cukup
signifikan. Pada bulan Januari 20-Februari 20 .. omzet Toko buku masih sangat
normal, dan tidak ada tanda-tanda terjadinya pusaran badai yang tidak terduga. Setelah
pak Jokowi mengumumkan masuknya Corona di Indonesia, benih badai besar ini
benar-benar telah tersemai, dan membesar dengan deret multiplikasi yang luar
biasa. Menjadikan semua lini kegiatan mendadak terhenti. Laju bisnis yang
tadinya masuk di gigi 5, mendadak harus mengerem dan mengganti gigi ke gigi
paling rendah yaitu 1. Dan terkadang harus memarkirkan bisnisnya sementara
waktu, sambil melihat keadaan.
Dengan
berlakunya PSBB di beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit
yaitu Gramedia, memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop, artinya terhenti sama
sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun
bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya.
Outlet
yang tertutup, menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi
bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku, hingga
ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi
di Toko Buku.
Setelah
3 bulan parkir di Pitstop, tampaknya secercah harapan muncul di tengah badai
yang tidak menentu, setelah beberpa daerah telah memetakan pandemi dengan baik,
dan mencoba berani untuk bergerak.
Di
bulan Juni-Juli, saat ini dapat dikatakan Gramedia sebagai outlet toko buku
telah mulai membuka gerainya hingga mencapi angka di 80% di seluruh Indonesia,
berakibat bergeraknya kembali semangat penerbit-penerbit untuk memulai New
Normal.
Rebound
yang terjadi ini menuntut penerbit untuk dengan cepat memutuskan apakah melaju
kembali ataukan menunggu terlebih dahulu keadaan menjadi lebih pasti.
Melaju,
tentunya butuh dana, sementara roda cash flow hampir terhenti 2 bulan hingga 3
bulan, sehingga gambling keadaan pun terjadi. Banyak penerbit yang telah
kehabisan nafas, sehingga tetap memutuskan untuk memarkirkan bisnisnya sambil
menunggu keadaan.
Sementara,
penerbit jika tidak mengambil kesempatan untuk mengisi pasar, tentunya akan
semakin terpuruk. Penerbit dapat memetakan buku-buku apa yang masih dapat
dikembangkan saat keadaan chaos seperti ini.
Pengalaman
kami, identifikasi tema buku menjadi sangat penting saat keadaan chaos seperti
ini. Kami beruntung tema-tema yang upto date mengenai virus corona, telah kami
tebar ke penulis-penulis kami sebelumnya, sehingga dengan cepat kami
mendapatkan bahan-bahan buku-buku yang berkaitan dengan virus dengan cepat.
Kesiapan
penulis, dalam menuliskan materi dalam sebuah buku menjadikan tantangan
tersendiri, mengingat bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan
mudah.
Kami
mempunyai database penulis yang cukup baik, sehingga dengan cepat kita
mengidentifikasi siapa penulis yang berkompeten di bidang ini. Dan dengan cepat
kita meramu materi, kemudian kita launch, dan beruntung mendapatkan sambutan
yang baik.
Buku-buku
pendidikan, juga kita tetap pertahankan produksinya, karena kami yakin buku ini
tidak lekang oleh keadaan apapun, sehingga produksi buku kita konsentrasikan ke
buku pendidikan yang mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.
Keputusan-keputusan
strategik diperlukan, mengingat ketidak pastian yang sangat besar untuk
memproduksi buku. Kami memarkirkan mesin-mesin kami hampir 50%, untuk
mengurangi beban biaya produksi, otomatis tenaga kerja yang menggerakkannya
kami kurangi jam kerjanya walaupun tidak begitu drastis.
Hikmah
yang didapat di sisi penulis:
·
Penulis harus selalu siap untuk
mendapatkan peluang yang mungkin tidak diperkirakan sebelumnya.
·
Penguasaan materi, penguraian materi.
·
Eksekusi penulisan.
·
Penawaran ke penerbitan diperlukan
kelihaian tertentu.
Penulis
yang siap menerima kesempatan ini, adalah penulis yang selalu berlatih untuk
selalu mengeluarkan bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan yang dapat dibaca oleh
pembacanya. Tentunya dengan terstruktur baik, dan tidak ada distorsi makna yang
sampai ke pembacanya.
Media
WA yang dikelola Om Jay ini, merupakan latihan yang luar biasa bagus sekali,
untuk menyiapkan keahlian kita dalam mengungkapan apa yang kita pikirkan, ke
dalam tulisan yang dibaca, diinterpretasi oleh pembaca tulisan kita.
Semua
perlu proses, latihan, dan kemauan. Sehingga komunitas belajar menulis seperti
ini, merupakan sarana latihan dalam menangkap peluang yang mungkin tidak selalu
ada. Menulis perlu latihan, latihan perlu waktu perulangan secara rekursif
(looping) berkali-kalai sehingga bapak ibu akan semakin lihai dalam mengolah
kata yang dirangkai dalam tulisan.
Bakat
hanya 1%, sisanya adalah kerja keras, tekun dan berlatih menulis. Blog adalah
jalur yang sangat bagus untuk bapak ibu mulai menulis, karena di dalam blog
tidak ada penolakan kejam seperti penerbit menolak tulisan yang bapak ibu
tawarkan.
Penerbit
akan selalau melihat sisi ekonomi dalam setiap tulisan bapak ibu sekalian,
sehingga kemurnian keputusannya di dasarkan oleh bisnis semata. Sehingga
terkadang tulisan bapak ibu yang luar biasa, tidak terlihat oleh penerbit yang
hanya melihat business processnya saja, bukan writing processnya.
Dengan
sudut pandang ini, bapak ibu perlu sedikit berempati kepada penerbit yang
merupakan penjual komoditas tulisan ini. Empati yang harus dilakukan adalah,
mencoba melihat visi misi penerbitannya. Kebiasaan tema-tema yang diterbitkan
oleh penerbit. Intip juga buku-buku best sellernya yang biasanya dipampang di
toko buku di rak Best Seller.
Perlu
bapak ibu ketahui rahasia ini, bahwa tidak ada buku best seller by design. Atau
dirancang, didesain untuk laku keras. Buku yang laku keras adalah buku yang
blessing.
Kami
pernah melakukan perencanaan matang, untuk membuat buku yang best seller. Kami
memilih tema yang luar biasa bebobot, penulis yang cukup disegani karena menang
penghargaan di dunia internasional. Kami push pemasaran dengan luar biasa. Akan
tetapi hasilnya cukup mengecewakan.
Laskar
pelangi saat awal terbit, penulis tidak menyangkan akan meledak. Di awal
pemasarannya, sungguh mengecewakan dan meledak karena kekuatan word of mouth,
alias dari mulut ke mulut, dari komunitas satu ke komunitas lain. Dan di
trigger dengan sebuah peristiwa yang tidak disangka-sangka yaitu Muktamar
Muhammadiyah, dan terjadilah ledakan viral. Menjadikan buku tersebut best
seller. Tidak ada desain awal, tidak ada perencanaan untuk menuju best seller.
Solusi
Dengan
berbagai pengalaman ini, komunitas senasib sepenanggungan adalah wahana yang
baik dalam mengelola tulisan. Dapat kami katakan pejuang literasi yang puritan
seperti Om Jay ini dapat memberikan angin segar untuk tumbuhnya penulis-penulis
baru. Yang tangguh dan tidak cengeng dengan penolakan penerbit, akan tetapi
tetap berkarya hingga menghasilkan tulisan yang khas. Punya karakter sendiri
dan tentunya di tunggu kehadirannya oleh pembaca dan penerbit tentunya.
Bapak
ibu dapat mulai tulisan dengan tema yang bapak/ibu sukai dan betul-betul bapak
ibu kuasai. Tulis dengan terstruktur, dan muat di blog pribadi dan sebarkan di
lingkungan teman.
Jika
sudah percaya diri, buatlah proposal ke penerbit yang isinya garis besar
tulisan yang dapat ditawarkan ke penerbit. Penerbit akan melihat Tema, Judul
Utama, Outline tulisan, pesaing buku dengan tema yang sama, positioning buku
(harga, usia pembaca, gender, pendidikan, dll). Jangan lupa berikan alasan
mengapa buku tersebut ditulis. Bapak ibu dapat sedikit "Ngecap"
supaya penerbit tertarik dengan tulisan ibu.
Penerbit
bukan maha tahu, bapak ibu sekalian, penerbit di dasarkan pada data historis
penjualan. Jadi penerbit itu tidak selalu benar. Penerbit biasanya agak sedikit
kurang berani dengan penulis-penulis perintis dengan tema yang berlum terekam
di datanya. Sehingga proposal ini sangat perlu bapak ibu beri perhatian, untuk
menyadarkan penerbit akan tema yang bapak ibu angkat dalam tulisan ibu.
Tulislah
rencana penulisan bapak ibu, dengan target market yang dituju, syukur-syukur
bapak ibu tawarkan rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat
berbeda dengan era normal sebelumnya.
Ke
depan buku-buku mungkin akan disalurkan ke media e-book, untuk media printing
offline mungkin akan semakin berkurang jumlahnya. Ke depan media-media selain buku akan semain
banyak menghiasi dunia pendidikan. Persiapkan hal ini dengan baik, karena hal
ini membutuhkan keahlian yang berbeda dengan sebelumnya.
Sebelum
menutup materi dan dilanjutkan dengan tanya jawab, kami diajak untuk tetap
mendokumentasikan pencarian keilmuan kami. Dengan dokumentasi yang terstruktur,
pembaca akan dapat mewarisi ilmu kita dan bahkan mengembangkannya di kemudian
hari. Ilmu kita akan menjadi Immortal tidak lekang oleh keadaan jaman, dan
selalu dikenang menjadikan legacy ke anak cucu kita. Dokumentasi kita dalam
bentuk buku akan kami kirimkan ke Perpustakaan Nasional bagian deposit, yang
dilindungi oleh undang-undang. Anak cucu kita di masa yang akan datang, akan
dapat menelusuri jejak langkan dokumentasi kita dalam bentuk tulisan dan menuju
keabadian.
Kesimpulan
Segala
sesuatu memerlukan proses baik secara cepat ataupun dalam waktu yang lama. Begitu
juga terbitnya sebuah buku. Selain proses yang juga dibutuhkan adalah latihan,
kemauan, kerja keras, dan ketekunan serta percaya diri. Sisanya adalah bakat.
Terima
kasih Bapak Edy S Mulyanta, Om Jay dan semua yang terlibat dalam kuliah online
ini atas ilmunya semoga kita semua selalu dalam lindunganNya. Aamiin.
C7. Segala hal butuh proses. Segala sesuatu ada waktunya. Teruslah berkarya. Gb!
BalasHapusSemangat utk menghasilkan karya bun...
BalasHapusSemangat menulis ibu..
BalasHapusSemangatt terus untuk menulis ibu..
BalasHapus