RESUME PERTEMUAN KE SEMBILAN
MENGIKAT ILMU DENGAN KARYA NONFIKSI
PERTEMUAN
KE SEMBILAN
OLEH
: MARYUNI PUJI RAHAYU, S.Pd.SD
Kuliah
online Jumat, 19 Juni 2020 agak berbeda dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Kalau biasanya hanya menggunakan tulisan, hingga penulis sering menyalin
tulisan hehe. Namun kali ini narasumber menggunakan tulisan dan voice note. Ada hikmahnya juga si, saat
mendengarkan , penulis bisa sambil menulis. Mendengar suaranya penulis
membayangkan kalau pribadi beliau sangat lemah- lembut dan penyabar.
Profil Narasumber
Beliau
bernama Ibu Siska Destiana, biasa disapa Bu Siska. Kelahiran Klaten, 12
Desember 1985. Ibu dua anak ini bekerja sebagai content writer dan frelancer
editor. Kontak personnya 081329724184. Emailnya siskanulis@gmail.com. Dan
@siskadistiana.
Alasan Menulis
Sebagai
seorang muslim Ibu Siska mempunyai landasan yang kuat dalam menulis. Beliau
mengutip sabda Rosullullah Muhammad saw, “Qoyyidul
‘ilma bil-kitabi” yang artinya ikatlah
ilmu dengan tulisan. Berangkat dari sabda Rosullullah tersebut Ibu Siska
memaparkan beberapa alasan menulis, yakni :
1. Knowledge managemen
(pengelolaan pengetahuan).
2. Copyright milestone.
Kita dapat menceritakan jejak langkah kita.
3. Legalisasi
/ mematenkan ide atau gagasan kita.
Ragam dan Tulisan Nonfiksi
Sebelum
memaparkan tentang ragam dan contoh tulisan non fiksi, lebih dahulu kita kupas
tentang pengertian nonfiksi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nonfiksi
adalah sesuatu yang tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan
kenyataan. Dalam kontek karya, berarti karya informatif di mana penulis
bertanggung jawab penuh atas kebenaran dan akurasi informasi yang disajikannya.
Mengapa demikian, karena memang yang tahu persis tentang tulisan kita ya kita
sendiri. Jangan sampai kita menyajikan karya nonfiksi tapi ternyata itu karya
plagiasi / karya orang lain diatas namakan diri kita. Atau sesuatu yang tidak
kita lakukann tapi kita mengklaimnya sebagai orang yang melakukan. Jadi karya
nonfiksi ini yang bertanggung jawab penuh adalah kita sendiri.
Apa
saja si ragam tulisan non fiksi. Sebenarnya banyak sekali ragam nonfiksi.
Misalnya kamus, buku-buku materi pelajaran, dan lain-lain. Namun karena banyak permintaan,
utamanya dari guru-guru yang dipandunya, menginginkan contoh yang ringan dan
enak dibaca maka Ibu Siska memberikan 5 contoh nonfiksi yang bisa kita tulis
dengan cepat dan mudah : berita, esai, catatan
perjalanan, artikel informatif, dan best practice.
Berita
Setiap
hari bahkan setiap saat mendengar kata berita dan mendengar berita. Apa itu
berita? Berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa
hangat. Untuk teknik penulisannya ada dua macam yakni Hard News dan Featura. Hard News adalah berita yang disajikan
secara to the poin, tidak
bertele-tele. Berita jenis ini bahanya disajikan secara lugas dan singkat. Sedangkan
teknik penyajian secara Featura
adalah berita / artikel yang kreatif. Penyajiannya secara informatif dan
menghibur. Gaya menulisnya, dengan bercerita karena harapannya selain
mendapatkan informasi juga mendapat hiburan. Bunga-bunga bahasa/hiasan-hiasan
dalam kata-kata atau tulisannya tidak lugas. Tapi kita bisa menggunakan
pengembangan atau hiasan dalam karya kita.
Esai
Esai
adalah karangan prosa yang membahas masalah sepintas lalu dari sudut pandang
pribadi penulisnya . Esai sering disebut juga dengan opini. Mengangkat topik
kemudian kita kupas, juga ditawarkan solusi di sana.
Catatan Perjalanan
Tulisan
tentang proses sebuah perjalan atau ulasan tentang apa yang ditemui dalam
perjalan tersebut . Bisa tentang tempat yang dikunjungi, budaya daerah yang di kunjungi,
tentang makanan khasnya, juga menceritakan detail-detail perjalannanya. Ini
sebagai panduan jika pembaca ingin ke sana. Adapun contoh Catatan Perjalanan
dapat dibaca lewat link berikut :
https://wiediesta.wordpress.com/2019/12/07/arigato-tokyo/
https://www.hipwee.com/travel/mengintip-sejarah-budaya-batak-di-t-b-silalahi-center-balige-tobasa/
Artikel Informatif
Artikel
informatif adalah tulisan yang berisi informasi tentang suatu hal. Adapun
tujuannya adalah untuk menambah pengetahuan pembaca. Isinya murni tentang
informasi. Dalam bahasa populer sering pula disebut dengan “artikel future”.
Best Practice
Best Practice
adalah tulisan tentang pengalaman terbaik dalam menyelesaikan suatu masalah.
Biasanya dibuat oleh para pendidik atau mereka yang terlibat dalam dunia
pendidikan. Selain sebagai lesson study,
produk best practice juga bisa
menjadi masukan bagi pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
Biasanya
best practice disajikan sangat
formal, seperti PTK. Namun ternyata
tulisan ini dapat dibuat dalam bentuk gaya bahasa future. Dengan tidak meninggalkan permasalahan, cara penyelesaian.
Penyajiannya renyeh, ringan, enak dibaca.
Bu
Siska mengakhiri pemaparannya dengan menyajikan tulisan yang sangat inspiratif
,“Orang
boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di
dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”
-Pramoedya Ananta Toer-
Sesi Tanya jawab
Pertanyaan
pertama datang dari Ibu Fatimah. Beliau menanyakan, mengapa Bu Siska memilih
menulis tidak di blog. Alasan Bu Siska tidak menulis di Blog karena sampai saat
ini masih banyak yang order jasa penulisan maupun editing dan memilih platform
forum seperti, Kompasiana karena kemungkinannya lebih besar tulisan dibaca oleh
orang lain. Pertanyaan berikut tentang motivasi Bu Siska menulis yakni karena
memang senang menulis, juga untuk mengaktifkan otak.
Ibu
Nanik Yuliani dari mataram bertanya tentang langkah-langkah dalam menulis.
Berikut langkah-langkah menulis ala Bu Siska:
·
Menulis tentang apa yang ada di pikiran
kita.
·
Buat mind
mapping sederhana / kerangka tulisan. Hal ini dilakukan agar tidak
“tersesat” dan tidak ada informasi yang terlewat.
·
Kemudian disusun mana yang menjadi
pembuka, tengah, dan penutup.
·
Mengendapkan tulisan. Kurang lebih 15
menit, ini bertujuan untuk mengistirahatkan otak.
·
Dibaca lagi. Self editing / mengedit sendiri.
·
Setelah oke, jika tulisan itu pesanan
maka disetor ke editor. Jika untuk kepentingan pribadi maka seger di posting.
Ibu
Aning dari pati yang ikut pelatihan ini pada gelombang 12 menanyakan apakah
artikel informatif bisa digunakan untuk PAK jika artikel tersebut tidak sesuia
mata pelajaran serta dan di mana mempublikasikan. Menurut Bu Siska artikel
informatif biasanya bersi tentang penyampaian informasi atau pengetahuan kepada
khalayak tentang suatu hal. Misalnya bagaimana cara mengajar dengan
menyenangkan. Jadi menurutnya bisa dinilai dalam PAK. Karena melalui tuliasan
itu bisa mengarahkan khalayak tentang sesuatu. Juga bisa menjawab permasalahan
khalayak tentang sesuatu.
Untuk
mempublikasikan, saat ini media massa mainstream (Kompas, Republika, Tempo, dan
lain-lain) sudah membuat wadah jurnalisme warga, seperti Kompasiana (milik
Kompas). Di sana kita bisa menulis apa saja selama itu baik dan informatif.
Cara mendaftarkannya mudah dan gratis. Kemudian buat akun di sana, kemudian
tuliskan artikel informatif. Alamat Kompasiana www.kompasiana.com
Sedangkan
Edi Syahputra, Aceh. Menanyakan cara menulis berita yang baik. Dalam menulis
berita harus terpenuhi unsur 5W+1H ( Who, What, When, Where, Why, dan How).
Jadi sebuah berita harus bisa menceritakan siapa
melakukan apa, kapan, dan dimana dilakukan, mengapa melakukan itu, dan bagaimana
ia melakukan itu. Berikutnya, ada nilai aktualitas dan faktualitas dalam
berita. Aktualitas itu kecepatan berita ditayangkan. Jadi makin cepat sebuah
peristiwa diangkat menjadi berita dan ditayangkan/dimuat, akan diminati
khalayak. Faktualias, ini bicara tentang kebenaran. Jadi sebuah berita harus
benar-benar berdasarkan berita nyata. Makin dekat sebuah berita dengan
khalayak, biasanya akan semakin diminati.
Kemampuan
menulis kita berbanding lurus dengan kemampuan membaca. Jadi makin banyak
membaca berita , maka makin mudah memproduksi diksi kata-kata yang menarik pada
naskah berita tersebut.
Perlukah
surat keterangan untuk kebenaran tulisan kita. Jika tidak ada yang menggugat
tidak ada surat keterangan pun tak mengapa. Surat keterangan biasanya digunakan
pada ranah hukum. Jika, tulisan kita diterima dengan baik, tidak disertakan
surat keterangan pun tidak menagapa. Untuk membuat surat keterangan itu bisa
dicari tahu dari institusi pemerintah yang menangani Hak Kekayaan Intelektual (HAKI),
dan Dirjen Kekayaan Intelektual https://www.dgip.go.id/
Malam ini para peserta sangat antusias dalam
mengikuti kuliah, terbukti dengan banyaknya pertanyaan yang datang dari
peserta. Hingga batas waktu yang ditentukan masih mengalir sejumlah pertanyaan.
Sampai-sampai ada yang minta diperpanjang sampai siang. Namun penulis akan
menyudahi tulisan sampai di sini. Semoga bermanfaat.
Sipp Bu Puji...lnjutkan...
BalasHapussiap, pak Nario
HapusSemangat bu tulisannya bagus ..
BalasHapusterima kasih...semoga ke depan lebih baik lagi
HapusKomplit Bu, sip,👍🏼
BalasHapusmakasih, bu
Hapus