Klungsu dan Patil Lele

Klungsu dan Patil Lele

Oleh : Maryuni Puji Rahayu

Pagi-pagi suamiku sudah menyiapkan mesin penyedot air beserta selangnya. Katanya kemarin dimintai tolong tetangga untuk menyedot kolam. Ya, kini sudah mulai musim kemarau banyak kolam yang airnya surut. Waktu yang tepat sekali untuk mendalamkan/mengurangi lumpur.

Untuk memudahkan membawa alat, digunakan gerobag dan motor. Mesin penyedot air dan selang dimasukkan ke gerobag. Anak pertamaku yang membawa motor. Suamiku yang membonceng sambil membawa gerobag.

Aku sendiri sudah sibuk sejak pagi buta. Setelah sholat subuh, seperti biasanya memasak air untuk mengisi termos mertuaku sekalian membuatkan copi suami. Disampingnya untuk menanak nasi. Sambil menunggu mendidih dan nasi  matang, aku siapkan sayuran kol dan bumbu-bumbu untuk menu hari ini.

Menantuku memasukkan air ke termos dan membuatkan kopi untuk ayahnya atau suamiku. Kemudian mencuci piring bekas makan malam. Maklum karena kecapekan maka baru pagi-pagi membereskannya. Karena sudah ada yang membantu, aku mengisi kolam depan. E..ternyat sudah kotor. Sehingga ku kuras sekalian. Sambil mencuci menggiling baju kotor.

Sekitar pukul tujuh pagi rutinitas pagi selesai. Teringat bahwa tempat kerabat akan mengadakan seserahan siang nanti. Aku ke sana untuk membatu persiapan apa-apa yang akan dibawa.

Sampai di sana Mak Mus sudah selesai memarut kelapa untuk santan masak ingkung. Mak Khapsoh selesai membersihkan ayamnya sekaligus telah diikat dan dibumbui. Mak Sri menggodok ayam negeri. Mak Ru menggorenggnya. Aku membantu memetik sayuran, wortel, kembang kol, cesin, dan baso. Wortel ku potong bulat-bulat untuk sayur capcay sayur, dan ada yang dipotong dadu untuk sayur sambal goreng kentang.

Persiapan sayur yang akan dibawa sudah siap. Sebelum memasak sayur dimulai, beras ketan untuk jadah sudah matang. Kami mendahulukan membuat jadah. Mak Mar yang mengangkat aronan beras yang sudah matang, Mak Khapsoh menyiapkan alat-alat untuk menumbuk. Jadah kami tumbuk sampai halus, hingga tak kelihatan butiran berasnya. Kemudian kutata pada wadah yang telah dialasi daun pisang. Untuk wajiknya sudah kemarin sore membuatnya.

Mak Mus jago dalam masak-memasak sayur. Kata kami semua, pas rasanya. Manis gurih. Sembari menunggu sayur matang aku menyiapkan mika untuk wadahnya. Serta garnisnya, berupa tomat dan daun seledri. Sebelum kubentuk, kucuci dahulu, tomat kujadikan bentuk mawar.

Mereka yang dimintai tolong membawa seserahan sudah diberi tahu beberapa hari yang lalu. Rencana seserahan pukul 14.00 WIB. Kurang lebih pukul 12.00 WIB semua yang akan dibawa untuk seserahan sudah matang dan sudah kukemas, sudah siap. Selepas makan siang, kami yang membantu menyiapkan seserahan pulang.

Kulihat di sumur ada ember yang ditutup dengan bak hitam. Ternyata lele lokal, suami yang membawa, diberi yang punya kolam. Namun kubiarkan dulu, ku pikir nanti dulu, mau istirahat dulu. Saya bersiap untuk shalat dhuhur. Setelah shalat saya tidur. Kurang lebih pukul 15.00 WIB bangun. Rupanya nyenyak dan lama sekali aku tidur.

Tak berapa lama adzan ashar berkumandang, aku ambil air wudhu untuk shalat. Setelahnya kemudian bersiap memotong ikan lele. Kusiapkan air, ember, tempat duduk. Rupanya ikan lele masih hidup. Dengan membaca basmallah dan takbir kumulai memukul supaya mati dulu. Satu, dua, tiga smpai lima berhasil. Namun yang ke enam rupanya meleset dan lele tersebut patilnya menancap ke pergelangan kakiku. “Craap”. “Innalillaliwainnailaihirojiun”. Saya juga terus istigfar. Kucabut patil lele dari kakiku, “Kreet”.

Dengan gemetar kubasuh luka, kututup dengan tangan. Teringat suami yang pernah kena patil waktu mencari ikan, diobati dengan biji asam jawa (klungsu). Dengan tertatih aku buka kulkas untuk mencari asam jawa. Ternyat ada. Aku memnaggil menantuku untuk membantu memotong biji asam jawa (klungsu). Kututupkan di atas luka patil, menempel pada luka. Dan benar saja terasa cenut-cenut. Seolah-olah ada sesuatu mengalir menuju luka yang telah kututup dengan biji asam (klungsu).

Kuselonjorkan kakiku di kursi panjang. Lemas tubuhku, dag-dig-dug jantungku. Kuhentikan memotong ikannya. Menantuku meberikan segelas air putih hangat. Setelah beberapa waktu kulanjutkan memotong ikan lele. Sudah bersih, untuk mengurangi bau amis kuberi jeruk nipis. Kemudian dibumbui menantu.

Walau sudah shalat ashar namun aku belum mandi. Memang awalnya kupikir membersihkan ikan dulu baru mandi. Dari pada sudah mandi, kena bau amis lagi. Pukul 17.00 WIB aku mandi dengan air hangat. Anehnya biji asam yang kutempel pada luka patil tidak copot terkena guyuran air mandi. Disekitar luka juga saya gosok-gosok, biji asam jawa juga tidak lepas. Setelah memakai baju, menyisir rambut. Kulihat ke bawah (luka patil). Saya pikir ada air yang menempel pada biji asam, akan saya usap. Karena agak gelap, aku keluar. E...ternyata bukan air di biji asam, itu kulit biji asam yang mengelupas.

Aku tak habis pikir. Apakah itu upas/racun lele yang masuk ke biji asam membuat panas atau bagaimana sehingga biji asam yang terkena air menjadi mengelupas. Atau bagaimana ya..? Padahal kita semua tahu bahwa biji asam itu halus bahkan terkesan licin.

Biji asam terus menempel hingga magrib. Kemudian kuganti lagi, kutempel dengan yang baru. Menempel si tapi tidak lama, lepas lagi. Warna memerah disekitar luka patil sudah mulai memudar, bengkak mulai mengempes, rasa sakit berangsur reda. Alhamdulillah.

Ya Allah jika sakit karena patil lele ini karena salah dan dosaku pada suami, orang tua, anak-anak serta siapa pun. Maka ampunilah aku. Saya iklhas dengan sakit ini. Semoga sakitku ini untuk mengurangi dosa-dosaku. Ya Allah ampunilah semua dosaku. Aamiin.

Itulah Mingguku. Pelajaran yang didapati mungkin kita harus lebih hati-hati lagi dalam bekerja. Berdoa sebelum dan sesudahnya. Sabar, berusaha, iklas menerima takdir serta selalu bersyukur, dan Allah menurunkan penyakit pasti ada obatnya.

 

Komentar

  1. Dulu waktu kecil saya pernah dicakar ayam hehe

    BalasHapus
  2. Saya membacanya deg degan saya kira cerita kearifan lokal. Ternyats patil.lele yang jahat. Semoga crpat sembuh ya Bu

    BalasHapus
  3. Kalau lele dumbo gak ada patil ya ..berbisakah?

    BalasHapus
  4. Masya Allah, luar biasa tulisan ibu keren, mengalir alami dan enak dibaca. Berbagi resepnya bermanfaat, semoga menjadi amal jariyah. Salam kenal ya Ibu Puji, sy bu Arnita dari Jogja.

    BalasHapus
  5. Saya dari Kalimantan. Gak ngerti awalnya tentang patil lele dan klungsu. Alhamdulillah dapat ilmu baru dari tulisan ibu. Terimakasih bunda...

    BalasHapus
  6. senangnya kumpul dengan keluarga besar. terima kasih informsinya ternyata asam jawa bisa menyembuhkan luka

    BalasHapus
  7. Semoga lekas smbuh,terimakasih saya baru tahu klo klungsu dapat dijadikan obat luka patil lele,obat alami tradisional.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

WA SARANA BELAJAR SISWA